Dokter Muda Pelopor Lulusan Oita University Jepang Itu Berpulang - JawaPos

 JawaPos.Com – Suasana duka begitu terasa di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Rabu (7/7). Staf maupun dokter FK Unair dan RSUD dr Soetomo Surabaya memberikan penghormatan terakhir kepada dr Azami D. Azinar SpOG. Dokter yang juga pengajar di FK Unair itu mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 05.40 kemarin setelah 15 hari berjuang melawan Covid-19.

Gugurnya dokter 38 tahun itu menyusul dua rekan sejawatnya di bidang obgin, yakni dr Maksum SpOG dan dr Zaynul Arifin SpOG (K) dari Gresik. Lebih dari 700 tenaga kesehatan (nakes) juga turut mengantar secara virtual kepergian dokter Azami.

Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Digitalisasi, dan Informasi Unair dr Muhammad Miftahussurur SpPD-KGEH PhD mengatakan, dokter Azami tercatat sebagai mahasiswa S-3 double degree FK Unair dengan OITA University Jepang. Saat ini dia hampir menyelesaikan ujian proposal pendidikan konsultan uroginekologi rekonstruksi yang dijadwalkan pada 19 Juli. Undangan pun sudah disebarkan. Bahkan, penelitian yang dipromotori Dekan FK Unair Prof dr Budi Santoso SpOG (K) pun siap dikerjakan.

”Saya sangat kehilangan. Dia ikut merintis program S-3 yang berkolaborasi dengan OITA University. Dokter Azami adalah salah satu pelopor lulusan OITA University,” katanya.

Ketua Departemen/KSM Obstetri dan Ginekologi (Obsgin) FK Unair/RSUD dr Soetomo Surabaya dr Brahmana Askandar SpOG (K) menjelaskan, dokter Azami tercatat sebagai staf dokter di RSUD dr Soetomo sekaligus staf pengajar di FK Unair. Dia juga telah ikut mengembangkan laparoskopi di bidang uroginekologi rekonstruksi. ”Dia sangat telaten mengembangkan teknik operasi pasien-pasien Mayer-Rokitansky-Hauser syndrome (pasien yang lahir tanpa vagina, Red),” katanya.

Kegiatan itu dilakukan bersama dr Hari Paraton SpOG (K), dr Gatut Harianto SpOG (K), dr Eighty Mardiyan K SpOG (K), dan dr Tri Hastomo SpOG. Namun, Azami fokus menggunakan teknik Davidov, yakni memanfaatkan usus dengan sedemikian rupa sebagai kombinasi membentuk vagina. Tujuannya, mereka yang terlahir tanpa vagina tetap bisa mendapatkan kualitas hidup seperti perempuan seutuhnya.

Jawapos